Pematrian adalah cara penyambungan dengan menggunakan logam pengisi atau logam patri diantara permukaan logam induk yang disambung, logam pengisi selalu mempunyai titik cair lebih rendah dari pada logam induk. Ada dua macam logam patri, yaitu logam patri lunak dimana logamnya mempunyai titik cair lebih rendah dari 450oC dan logam patri yang mempunyai titik cair lebih dari 450oC yang disebut logam patri keras. Karena logam patri pada umumnya mempunyai kekuatan yang lebih rendah daripada logam dasar, maka dianjurkan agar rongga antara kedua permukaan logam induk yang akan dipatri diusahakan sekecil mungkin. Oleh AWS ( Standar asosiasi las Amerika ) dianjurkan agar rongga tersebut terletak antara 5/100 sampai 13/100 inci, selama pematrian suhu harus cukup tinggi agar logam patri cair mempunyai derajat kecairan yang tinggi sehingga dapat mengalir ke dalam rongga antara kedua logam induk.
Logam-logam yang digunakan sebagai logam patri adalah : paduan AG-Cu, kuningan dan tembaga yang biasanya dikelompokan sebagai patri keras dan paduanPb-Sn, Bi-Sn dan Bi-Sn sebagai patri lunak, berdasarkan cara pengadaan energi panasnya, pematrian dibagi dalam tujuh kelompok yaitu :
1. Patri busur, dimana panas dihasilkan dari busur listrik dengan elektroda karbon atau dengan elektroda wolfram.
2. Patri gas, dimana panas ditimbulkan karena adanya nyala api gas.
3. Patri solder, dimana panas dipindahkan dari solder besi atau tembaga yang dipanaskan.
4. Patri tanur,dimana tanur digunakan sebagai sumber panas.
5. Patri induksi, dimana panas dihasilkan karena induksi listrik frekwensi tinggi.
6. Patri resistansi, dimana panas dihasilkan karena resistansi listrik.
7. Patri celup, dimana logam yang disambung dicelupkan ke dalam logam patri cair.
Sifat-sifat patri dapat diperbaiki dengan menggunakan fluks atau dengan mengatur atmosfir sekitar patrian pada saat pematrian berlangsung.
5. Las Sinar Elektron
Teknologi las baru yang sedang dikembangkan antara lain adalah las sinar elektron,las busur plasma dan las laser. Dalam bidang-bidang tertentu cara pengelasan tersebut telah digunakan,tetapi untuk penggunaan secara umum yang menguntungkan masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Diantara ketiga cara tersebut diatas las sinar elektron adalah cara yang telah digunakan dalam pengelasan logam-logam aktif,logam –logam dengan titik-titik cair tinggi dan untuk pengelasan logam-logam yang berlainan.
Dalam las sinar elektron digunakan elektron kecepatan tinggi yang ditumbukkan pada logam yang dilas dalam atmosfir hampa. Karena tumbukan ini maka timbul panas yang dapat mencairkan logam induk. Elektron kecepatan tinggi yang digunakan didapatkan dari elektron termal yang dipancarkan oleh filamen wolfram yang dipanaskan dalam hampa dengan kehampaan sekitar 10-5 mmHg dan kemudian dipercepat dengan tegangan listrik yang tinggi. Kemudian sinar elektron kecepatan tinggi ini dipusatkan dengan menggunakan lensa elektromagnit yang membuat sinar elektron tersebut pada saat menumbuk logam induk terpusat pada suatu titik dengan diameter hanya beberapa mikron saja. Karena energi yang terpusat tersebut maka pengelasan ini mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga dapat mengelas plaeta tebal dalam waktu yang sangat singkat sekali dan mampu untuk mengelas logam-logam dengan titik cair yang tinggi, disamping itu karen apengelasan dilakukan dalam hampa maka cara ini dapat digunakan untuk mengelas logam-logam aktif.
Karena diperlukan ruang hampa maka pelaksanaan dari cara pengelasan ini masih belum menguntungkan, karena itu penggunaannya masih terbatas pada logam-logam khusus dengan konstruksi yang kecil.